Jumat, 16 Oktober 2015

Process Mining

Saat ini, beberapa orang "data is the new big oil", hal tersebut mengilustrasikan jumlah data yang sangat besar yang dapat dikumpulkan. Jika anda berpikir untuk menghitung dan memunculkan data dari masa prasejarah hingga tahun 2003 mungkin hal itu masih dapat dilakukan dalam waktu 10 menit, tapi bagaimana jika saat ini?
Seiring berkembangnya teknologi maka jumlah data juga akan semakin besar. Kita dapat memperoleh data dari banyak sumber, contohnya kartu kredit, penggilan telepon, membeli tiket dsb,
Handphone di zaman sekarang memiliki banyak sensor, seperti GPS, fingerprint, bluetooth, camera, wifi, dsb. Sensor tersebut juga dapat menghasilkan / generating data.
Terdapat 4 sumber data peristiwa (event data).
1.Internet of Content (ex: Google / Wikipedia etc.)
2.Internet of People (ex: Social Media (Facebook / Twitter etc.)
3.Internet of Things (ex: Shaving Device)
4.Internet of Places (ex: HP Sensors)

Rabu, 07 Oktober 2015

Supply Chain Design (Part 2)

Mengapa Supply Chain Design Penting?
Supply Chain Design penting karena terdapat banyak pilihan. Terdapat berbagai macam cara dalam :
1.Melakukan peramalan permintaan (forecast demand) dan dipilih berdasarkan pada situasi yang dialami. 
2.Penentuan jumlah, metode dan letak inventory
3.Penentuan fasilitas untuk melakukan pengiriman barang. 
4.Melakukan segmentasi konsumen dan cara berkolaborasi dengan konsumen.
5.Memilih dan bekerja sama dengan supplier.
6.Mengelola fungsi supply chain, apakah berbentuk sentralisasi atau desentralisasi?
7.Penentuan lokasi manufaktur dan distribusi.
Jadi berdasarkan beberapa hal tersebut terdapat beragam pilihan yang dapat dipilih dan tidak ada pilihan yang terbaik yang dapat digunakan pada semua situasi. Contohnya seperti situasi pasar, customer yang akan dilayani, dan karakteristik produk.

Demand Forecasting
Hal yang digunakan untuk menentukan jenis dari metode forecasting adalah berdasarkan historis. Apakah terdapat historis pasar dimana produk akan dijual? Dan apakah produk yang akan dijual? Maka terdapat 4 kuadran dalam penentuan jenis forecasting seperti gambar berikut ini.


1. Kuadran "market penetration" adalah jika terdapat data historis pada kedua aspek di atas (market dan product technology), yaitu melalui data historis tersebut dapat dilakukan peramalan kuantitatif antara lain menggunakan time series, exponential smoothing, maupun regresi, karena apa yang terjadi di masa lalu kemungkinan terjadi kembali di masa yang akan datang. Banyak dari produk industri masuk ke dalam kuadran ini.
2. Kuadran "product development" adalah jika mengetahui historis pasar namun pada produk yang baru. Maka yang dapat dilakukan adalah mempelajari pasar berdasarkan produk yang sejenis, yaitu melakukan peramalan dengan menggunakan data pada produk sejenis.
3. Kuadran "market development" adalah jika tidak mengetahui historis pasar namun mengetahui teknologi produk. Maka peramalan dapat dilakukan dengan customer panels maupun experimental atau dapat melalui pendapat ahli.
4. Kuadran "diversification" adalah jika tidak mengetahui pasar dan teknologi produk. maka peramalan yang dapat dilakukan antara lain adalah melalui metode delphi, pendapat ahli, scenario planning, maupun bass diffusion.

3 Hal Yang Akan Selalu Tetap dalam Forecasting
1. Forecast Selalu Salah.
Gunakan range dan hitung forecast error.
2. Forecasting Aggregat Lebih Akurat.
Risk pooling untuk mengurangi variasi koefisien (coefficient of variation).
3. Semakin Singkat Horizon Waktu Forecast Maka Hasil Akan Lebih Akurat.
Perpanjang waktu kustomisasi selama mungkin.

3 Skala Pengukuran Kesalahan Forecasting


Kesalahan peramalan (forecast error) dapat diukur dari At (permintaan (actual demand) pada periode (t) tertentu) - Ft (peramalan (forecast) pada periode (t) tertentu). Kemudian, terdapat 3 skala pengukuran yang dapat digunakan untuk mengukur kesalahan peramalan yaitu :
1. Mean Deviation (MD)
Skala pengukuran ini digunakan untuk mengukur error berdasarkan deviasi atau bias. Skala ini dapat menjelaskan kesalahan peramalan dari waktu ke waktu.
2. Mean Absolute Percent Error (MAPE)
Skala pengukuran ini membantu dalam melakukan komparasi metode peramalan yaitu dengan pembagian antara nilai absolut kesalahan dengan nilai aktual dan menghasilkan persentase.
3. Root Mean Squared Error (RMSE)
Skala pengukuran ini digunakan dalam menentukan model inventory, penjumlahan dari kesalahan peramalan yang telah dikuadratkan lalu diakar (square root). Skala ini dapat digunakan untuk menentukan safety stock.
Jadi, ketiga skala pengukuran ini memiliki fungsi yang berbeda.

Inventory Management
Penggerak utama dalam manajemen persediaan adalah variabilitas permintaan (demand variability) dan horizon waktu.


EOQ (Economic Order Quantity)
EOQ (Economic Order Quantity) sesuai digunakan jika variabilitas permintaan yang kecil namun memiliki horizon perencanaan yang panjang dan menimbulkan trade off antara biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). EOQ adalah memesan Q item pada setiap periode t yang telah ditentukan atau memesan Q item pada saat posisi persediaan (inventory position =IP) pada kondisi tertentu.

NV (News Vendor)
NV (News Vendor) sesuai digunakan jika variabilitas permintaan besar namun memiliki horizon perencanaan yang pendek dan menimbulkan trade off antara excess cost (biaya yang muncul karena kelebihan inventory) dan shortage cost (biaya yang muncul karena kekurangan inventory). Sehingga juga menimbulkan trade off dalam penentuan jumlah persediaan produk. Sebagai contoh adalah ketupat, ketupat memiliki permintaan yang tinggi hanya ketika ada hari raya idul fitri saja. Harga yang ditawarkan akan menjadi rendah ketika produk dijual pada waktu selain hari raya. 

Namun banyak juga kasus yang terjadi ketika posisi variabilitas permintaan dan horizon perencanaan berada di posisi tengah, maka juga dimungkinkan untuk mengkombinasikan kedua pendekatan di atas.

Continuous Review dan Periodic Review
Terdapat 2 cara penentuan jumlah dan periode pengisian kembali stok (replenishment period) antara lain yaitu :


Continuous Review
Continuous Review menggunakan sistem (s,Q) yaitu s = order point dan Q = order quantity. Jadi, order dilakukan sejumlah Q dan saat inventory position kurang dari atau melewati batas s.

EOQ (Economic Order Quantity)
Q* (jumlah pemesanan (order quantity)) diperoleh dari akar dari 2 x biaya pemesanan (ct) x jumlah permintaan (D) dibagi biaya simpan tiap periode (ce)
Contoh :
Perusahaan A rata-rata menjual 1.000 produk / bulan dan permintaan produk selama 1 tahun diperkirakan konstan. Perusahaan akan menetapkan kebijakan pemesanan sebanyak 2.000 produk setiap kali pemesanan dengan waktu tunggu (lead time) 6 hari. Biaya setiap kali pemesanan adalah Rp. 600.000 dan biaya penyimpanan tahunan adalah 10.000 per unit. 
Diketahui :
D (permintaan) = 1.000 x 12 = 12.000 unit / tahun
ct (biaya pesan) = 600.000
ce (biaya simpan) = 10.000 / unit / tahun
Jawab :
EOQ = Q* = V(2.ct.D / ce)
= V(2 x 12.000 x 600.000)/10.000
= 1.200 unit

s (order point)
s (order point) diperoleh dari perkiraan permintaan (expected demand) rata-rata tiap periode dikalikan dengan lead time + safety stock yaitu (k (safety factor) x standar deviasi dari kesalahan peramalan dikalikan dengan lead time).
Pengisian stok (replenishment) terjadi setelah periode L (lead time).
Diketahui :
L (lead time) = 6 hari
D  = 12.000 unit / tahun = 32,8 unit / hari ~ 33 unit / hari
Order Point = (6 x 33) + ss = 198 + ss

Terdapat beberapa cara menentukan safety stock, salah satunya, tahap pertama yaitu menghitung kemungkinan kekurangan persediaan α dengan cara (misal cu atau biaya kekurangan (shortage cost) = 12.000 / unit / tahun) :
Sehingga α = 0.0769, (1-α) = 0.9230, sehingga Zα adalah sebesar 1.42, kemudian safety stock adalah sebesar (misal σ = 30) :
= Zα.σ.vL
= 1.42 x 30 x v6 = 104.37 ~ 105 unit
Sehingga s =
= 198 + 105 = 303

Periodic Review
Periodic Review adalah melakukan pemeriksaan persediaan setiap R waktu.
S (order up to level / par level) yaitu melakukan pemesanan ketika periode pemeriksaan (review periods) sebanyak S.

S (order up to level / par level)
S diperoleh dari (perkiraan permintaan (expected demand) tiap periode dikalikan lead time ditambah R) + safety stock yaitu (k (safety factor) x standar deviasi dari kesalahan peramalan dikalikan lead time ditambah R).

Opsi Transportasi (Transportation Options)
1. One-to-One


Ketika membutuhkan volume yang cukup besar dalam satu kali pengiriman, maka akan lebih sesuai jika pengiriman dilakukan dari satu titik ke titik yang lain.

2. One-to-Many


Namun, ketika hanya dibutuhkan sedikit volume dan untuk banyak tujuan (misalnya dibutuhkan 1/4 bagian tiap tujuan), maka dapat menggunakan one-to-many atau multi-stop.

3. Many-to-Many


Namun, jika hanya memiliki transportasi dengan daya angkut yang kecil, maka dapat menggunakan many-to-many yaitu mengkombinasikan seluruh item yang dikirimkan ke salah satu titik seperti mixing center, cross docking,atau hub operation lalu akan dikirimkan ke masing-masing customer.
Berdasarkan 3 jenis pengiriman tersebut, maka hal yang dapat dipertimbangkan antara lain adalah biaya (cost), lead time, dan variabilitas lead time atau sigma.  

Total Cost Equation


cD = purchase cost / item
ct(D/Q) = ordering cost
ce(Q/2+kσDL + DL) = inventory holding cost
Q/2 = cycle stock
kσDL = safety stock
DL = amount of inventory
csP[StockOutType] = holding for the stock out cost

Hubungan antara Peramalan (Forecasting) dengan Transportasi (Transportation)
1.Dampak peramalan = perkiraan permintaan (demand) dan eror.
2.Dampak transportation = biaya dan lead time.
Jika kesalahan peramalan meningkat, maka sigma DL juga akan meningkat dan berdampak juga pada peningkatan safety stock.
Jika transportasi lebih lambat, maka inventory dan mengulur waktu untuk menjaga inventory tetap ada, sehingga safety stock akan meningkat.
Sehingga Peramalan dan Transportasi berperan dalam menentukan Safety Stock.
Safety Stock dapat ditentukan melalui :
1.Service Metrics - menentukan nilai k berdasarkan level of service
2.Cost Based Metrics - menentukan nilai k untuk mengurangi total costs.
Langkah terakhir yang dapat dilakukan adalah menkombinasikan variabilitas lead time dan variabilitas permintaan.


Source :
MITx.CTL.SC2X
Massachusetts Institute of Technology

Selasa, 06 Oktober 2015

Supply Chain Design (Part 1)


Definisi Supply Chain
Definisi supply chain adalah dua pihak atau lebih, perusahaan, organisasi, beberapa entitas, dihubungkan oleh sebuah aliran sumber daya. Khususnya, yaitu material, informasi (contohnya pesanan/order), dan uang, untuk memenuhi permintaan pelanggan. Jadi kita dapat berfikir bahwa supply chain berfokus untuk mengelola atau mengontrol aliran tersebut.


Supply chain melibatkan banyak pihak, tidak hanya pelanggan dan supplier, tetapi supplier juga masih memiliki supplier hingga supplier yang menyediakan raw material. Sebagai contoh, gambar ini merupakan hubungan linier supply chain.


Namun hubungan linier tidak umum terjadi, Supply chain lebih sering memiliki jaringan yang kompleks dengan hubungan non-linear.


Contoh Supply Chain
Sebagai contoh adalah perusahaan sepeda, atau dapat disebut sebagai tier 0.



Pada awalnya perusahaan tersebut memiliki 2 supplier, atau dapat disebut sebagai supplier tier 1 dan merupakan supplier primer / utama yaitu dengan memasok hardware dan frame. Namun supplier tersebut masih memiliki supplier lagi, atau dapat disebut sebagai supplier tier 2 antara lain tire supplier, gear supplier, pedal supplier, casting plant, paint supplier. Dan masih berlanjut pada supplier selanjutnya atau supplier tier 3 yaitu rubber mfg, smelter, dsb. dan masih mungkin berlanjut lagi hingga tier 20 bahkan n tier.
Salah satu tantangan pada supply chain management adalah mengontrol dan mengelola supplier tier 1 tersebut. Tetapi jika menuju tier 2 dan bergerak ke belakang, maka dapat terjadi kehilangan kendali.
Diketahui bahwa terdapat 3 supplier tier 2 yang terpisah yaitu casting supplier, gear supplier, dan pedal supplier. Tetapi ketiga supplier tersebut tergantung pada 1 supplier tier 3. Perusahaan mungkin tidak mengetahui secara keseluruhan pada supplier tier 3 tersebut, tetapi jika supplier tersebut berhenti memasok barang, maka akan berdampak besar pada perusahaan. Nah, ini merupakan salah satu tipe dari bentuk supply chain (upstream), tetapi ini baru setengah.
Sekarang kita membahas aliran downstream perusahaan. Perusahaan menjual produk ke wholesalers, dimana wholesalers menjual produk tersebut ke tiap retailer dan dijual ke pelanggan yang berbeda,
Tetapi bisa saja perusahaan memiliki toko sendiri dan bahkan memiliki website supaya konsumen dapat membeli produk tersebut langsung ke perusahaan,
Terdapat berbagai alur distribusi, berbagai cara dalam manufaktur (upstream) dan distribusi (downstream). Tetapi ketika membahas supply chain design, orang-orang lebih banyak berpikir global seperti berikut.


Dimanakah seharusnya penempatan perusahaan / manufaktur? Dimanakah seharusnya penempatan distibusi? Hal tersebut hanya berfokus pada material fisik (physical), karena material fisik tersebut yang dapat menghasilkan investasi yang besar. Seharusnya ketika berpikir mengenai supply chain design, maka harus mendesain ketiga hal tersebut (informasi, material fisik, dan finansial / keuangan).

Definisi Desain / Design
Menurut Ralph dan Wand (2009), mengatakan bahwa desain / design adalah "a specification of an object (or system), manifested by some agent, intended to accomplish goals, in a particular environment, using a set of primary (or fundamental) components, satisfying a set of requirements, subject to some constraints."
"Design of anything is a specification of an object or a system", maka kita berfokus pada sistem.
"Manifested by some agent", kita sebagai agen tersebut, seseorang mendesain hal tersebut, dan desain tidak mungkin terbentuk tanpa seseorangpun.
"Intended to accomplish goals, in a particular environment", maka harus ditentukan goal / tujuan yang akan dicapai, berbeda supply chain maka akan memiliki goal / tujuan yang berbeda, dan akan beroperasi dan di desain untuk beroperasi pada lingkungan tertentu, maka hal yang perlu diketahui adalah situasi pada lingkungan tersebut.
"Using a set of primary (or fundamental) components", langkah mendasar (fundamental) adalah bagaimana melakukan peramalan (forecast), bagaimana mengelola inventory, bagaimana melakukan pengiriman produk, semua itu merupakan building blocks yang digunakan untuk memenuhi desain supply chain.
"Satisfying a set of requirements, subject to some constraints", maka hal terakhir yang harus ditentukan adalah kebutuhan (requirement) dan batasan (constraint), dalam dunia nyata tidak mungkin memiliki budget maupun waktu yang tidak terbatas.

Source :
MITx.CTL.SC2X
Massachusetts Institute of Technology